PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY
(CRH)
PADA KONSEP IKATAN KIMIA DI KELAS X SMK 1
DARUL
KAMAL ACEH BESAR
Skripsi
Diajukan
Untuk Melengkapi Tugas-Tugas
Dan
Memenuhi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh
Gelar Sarjana
Oleh
:
INSAN NUHARI
0911020037
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SERAMBI MEKKAH
BANDA
ACEH
2013
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR............................................................................................ i
ABSRAK.................................................................................................................. iii
DAFTAR
ISI............................................................................................................ iv
DAFTAR
TABEL................................................................................................... vi
DAFTAR
LAMPIRAN........................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1
Latar
Belakang Masalah..................................................................... 1
1.2
Rumusan
Masalah.............................................................................. 4
1.3
Tujuan
Penelitian................................................................................ 5
1.4
Manfaat
Penelitian............................................................................. 5
BAB II : LANDASAN TEORI............................................................................... 7
2.1
Belajar
dan prinsip-prinsip belajar...................................................... 7
2.2
Faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar................................. 9
2.3
Model
pembelajaran........................................................................... 12
2.4
Pembelajaran
kooperatif .................................................................... 14
2.4.1 Pengertian
pembelajaran kooperatif ......................................... 14
2.4.2 Ciri-ciri
pembelajaran kooperatif .............................................. 15
2.4.3 Tujuan
pembelajaran kooperatif ............................................... 17
2.5
Model
pembelajaran Course Review Horay
(CRH)........................... 16
2.6
Ikatan
Kimia....................................................................................... 18
BAB III : METODE PENELITIAN...................................................................... 29
3.1
Tempat
dan waktu penelitian............................................................. 29
3.2
Subjek
penelitian................................................................................ 29
3.3
Instrumen
penelitian........................................................................... 29
3.4
Teknik
analisis data............................................................................ 31
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 33
4.1
Pelaksanaan
Proses Pembelajaran....................................................... 33
4.1.1
Aktivitas
Siswa ..................................................................... 33
4.2
Analisa
Ketuntasan Hasil Belajar....................................................... 36
4.3
Data
Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan
Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) ....................... 38
BAB V : PENUTUP................................................................................................ 49
5.1
Kesimpulan......................................................................................... 49
5.2
Saran-saran......................................................................................... 49
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................. 51
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................... 52
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP.......................................................................... .... 62
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini
disebabkan karena adanya pendidikan sehingga menghasilkan manusia terdidik dan
terampil yang dapat berguna bagi bangsa dan negara. Dalam negara yang sedang
berkembang seperti indonesia, pendidikan harus diarahkan pada kepentingan
pembangunan secara merata baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Pendidikan
merupakan salah satu komponen yang sangat berperan dalam proses belajar
mengajar untuk pembentukan sumber daya manusia yang pontensial dalam
pembangunan. Oleh karena itu, meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran
sebagian besar terletak pada kegiatan guru dalam mendorong siswa kearah
tercapainya tujuan pendidikan. Maka salah satu tugas utama dari seorang guru
adalah berusaha untuk membantu dan membimbing siswa dalam proses belajar
mengajar.
Belajar
merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Salah satu ciri belajar pada seseorang adalah terjadinya perubahan atau
perkembangan individu yang meliputi tiga ranah yang dikenal dengan taksonomi Bloom,
yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor Peningkatan belajar
siswa sangat tergantung pada penguasaan serta tehnik mengajar guru dalam kegiatan
pembelajaran. Semua itu dapat terwujud apabila keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran itu sendiri
(Aunurrahman. 2011:49)
Belajar adalah mendisiplin dan menguatkan daya-daya
mental, terutama daya pikir, melalui latihan mental yang ketat. Bila “otak”
telah dikembangkan melalui studi matematika, bahasa klasik dan humaniora, maka
pelajar akan mampu berkat pikiran rasionalnya mentranfer proses belajar itu
pada bidang studi lain. Jadi yang mendapat perhatian ialah cara mempelajari
bahan yang sulit seperti matematika dan bahasa klasik agar mendisplin dan
mengembangkan proses-proses mental (Nasution. 2006 : 29)
Kimia
merupakan salah cabang ilmu pengetahuan alam yang wajib dipelajari oleh siswa
mulai dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Perguruan Tinggi (PT).
Hal ini dikarenakan pelajaran kimia sangat besar manfaat dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu, sejak dini diharapkan pelajaran kimia dapat
diajarkan oleh guru melalui penyampaian yang tepat sehingga siswa dapat
menguasai dan memahami pelajaran dengan baik.
Namun pada kenyataan hasil belajar siswa yang
diperoleh pada pelajaran kimia khususnya Ikatan Kimia di SMK 1 Darul Kamal
belum mencapai hasil yang optimal, meskipun upaya guru telah dilakukan dengan
mengadakan latihan berulang-ulang. Berdasarkan pengamatan peneliti pada sekolah
tersebut, bahwa hasil ulangan materi Ikatan Kimia banyak yang belum mencapai nilai
KKM yang ditetapkan, nilai KKM kimia adalah 60. Dengan kata lain keberhasilan
siswa dalam meningkatkan hasil belajar baik pada proses pengerjaan maupun pada
hasil yang dicapai belum menunjukkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan
observasi awal di SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar, kebanyak guru kimia dalam
proses pembelajaran (khususnya pada konsep Ikatan Kimia) masih cenderung
menggunakan model pembelajaran konvesiaonal yang didominasi metode ceramah,
sehingga guru terlibat lebih aktif dari siswa. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran akan terlihat pasif dan
menimbulkan persepsi bagi siswa bahwa kimia itu sulit dan membosankan, sehingga
akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Mengingat
banyaknya persoalan yang timbul akibat masalah tersebut, maka peneliti
berinisiatif melakukan penelitian dengan Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH).
Model
Pembelajaran Course Review Horay
(CRH) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk
ikut aktif dalam belajar. Model ini merupakan cara belajar mengajar yang lebih
menekankan pada pemahaman materi yang diajarkan guru dengan menyelesaikan
soal-soal. Dalam aplikasinya model pembelajaran Course Review Horay (CRH) tidak hanya menginginkan keaktifan siswa.
Pembelajaran model Course Review Horay
(CRH) juga melatih siswa untuk mencapai
tujuan-tujuan hubungan sosial yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar
siswa.
Berdasarkan
uraian di atas,
maka timbul suatu permasalahan sejauh mana penerapan Course Review Horay (CRH) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada konsep Ikatan Kimia di kelas X SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar. Untuk
mendapatkan jawaban dari permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan suatu penelitian yang berjudul “ Penerapan
Model Pembelajaran Course Review Horay
(CRH) Pada Konsep Ikatan Kimia Di Kelas X SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
dari latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
hasil belajar siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Tipe Course Review Horay (CRH) di Kelas X SMK
1 Darul Kamal Aceh Besar.
2. Bagaimana
aktifitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) pada konsep Ikatan Kimia di Kelas X SMK 1
Darul Kamal Aceh Besar.
3. Bagaimana
respon siswa terhadap Model Pembelajaran Course
Review Horay (CRH) pada Ikatan
Kimia.
1.3
Tujuan Masalah
Adapun
yang meliputi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa
melalui Penerapan Model Pembelajaran Course
Review Horay (CRH) Pada Konsep Ikatan
Kimia di Kelas X SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar.
2. Untuk
meningkatkan aktivitas siswa selama
proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Pada Konsep Ikatan Kimia di Kelas X SMK 1
Darul Kamal Aceh Besar.
3. Untuk
mengetahui respon siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan Model
Pembelajaran Course Review Horay
(CRH) Pada Konsep Ikatan Kimia di Kelas X SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar.
1.4
Manfaat
Penelitian
Manfaat
dari penelitian ini adalah :
1. Bagi
siswa, dengan Penerapan Model Pembelajaran Course
Review Horay (CRH) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Bagi
guru, dengan adanya Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat dijadikan salah satu bahan masukan
dalam hal merancang model pembelajaran agar dapat mencapai hasil yang optimal.
3. Bagi
sekolah, untuk dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam rangka
meningkatkan dan memperbaiki kualitas pendidikan.
4. Bagi
peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak dalam
rangka menidaklanjuti penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas lagi.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Belajar Dan Prinsip-Prinsip Belajar
Istilah
belajar begitu sering diucapkan orang, bahkan istilah belajar ini tidak pernah
membingungkan orang dalam memberikan definisi karena istilah belajar telah
banyak dikenal orang, lebih-lebih setelah dicanangkannya wajib belajar. Namun
untuk memberikan pengertian belajar secara khusus belumlah mempunyai titik kesamaan. Tanggapan ini
didasarkan atas sudut pandang masing-masing.
Menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2003).
Gagne
dalam Dimyati dan Mudjiono (2006
: 10) Mengungkapkan bahwa didefinisikan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Hamalik
(2011 : 27) Belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian
ini, belajar merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan.
Sadirman (2003 : 21) belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi apabila semua orang dan berlangsung seumur
hidup, sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda
bahwa seseoarang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku
dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang
bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif). Dari pendapat ini juga menekankan suatu
indikator belajar dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar.
Dalam teori belajar sibernetik, belajar dapat diartikan sebagai
pemrosesan informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Berlangsungnya
proses belajar sangat bergantung pada sistem informasi. Oleh sebab itu, teori
sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal
untuk segala situasi (Budiningsih, 2005:93).
Belajar
merupakan kegiatan yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal sehingga
dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Cukup banyak definisi mengenai belajar
yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya belajar itu merupakan suatu proses
adaptasi prilaku yang bersifat progresif, adanya tedensi kearah yang lebih
sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya (Walgito, 2004:166).
Selain
itu belajar juga didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan
mengadakan perubahan didalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku,
sikap, kebiasaan. Ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan
tujuan dari belajar adalah sebagi berikut :
1. Mengadakan perubahan didalam diri antara lain tingkah
laku.
2. Belajar
bertujuan mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik.
3. Belajar
bertujuan mengubah sikap, dri negatif menjadi positif.
4. Belajar
bertujuan untuk mengubah keterampilan, misalnya olah raga, kesenian, jasa,
teknik, pertanian dan sebagainya.
5. Belajar
bertujuan menambah pengetahuan dalam bebagai bidang ilmu.
Belajar
juga mempunyai beberapa prinsip diantaranya adalah :
1. Kematangan
jasmani dan rohani
2. Memiliki
kesiapan
3. Memahami
tujuan
4. Memiliki
kesungguhan
5. Ulangan
dan latihan
2.2
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil
atau tidaknya seseorang dalam belajar
disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi
pencapaian hasil belajar yaitu berasal dalam diri orang yang belajar dan pula
dari luar dirinya.
Secara
garis besar ada dua faktor prestasi/hasil belajar. Dibawah ini dikemukakan
faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar.
1. Faktor
internal (yang berasal dari dalam diri)
Yang termasuk faktor
internal antara lain :
a. Minat
Minat adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Oleh karena itu minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam
mata pelajaran tertentu.
b. Motivasi
Motivasi
adalah gaya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang
bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Motivasi yang berasal dari
dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari. Motivasi
yang barasal dari luar (ekstrintsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri
(lingkungan), misalnya orang tua, guru,teman dan anggota masyarakat.
c. Bakat
Bakat adalah kemampuan
untuk belajar. Kemampuan akan berkembang dengan baik menjadi kecakapan yang
nyata apabila kemampuan tersebut diberikan kesempatan. Seperti dikemukakan oleh
Martensi “ anak-anak yang menuntut ilmu pengetahuan yang tidak sesuai dengan
bakatnya sering kali mengalami kesukaran dalam menerima pelajaran yang dituntutnya,
adapun jika sesuai dengan bakatnya prestasi belajar akan baik, bergairah dan
giat belajarnya (Martensi dan Edi, 1980:16)
d. Kesiapan
Kesiapan itu diambil
dari diri sendiri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena
kematangan berarti persiapan untuk melaksanakan kesiapan. Kesiapan itu perlu
diperhatikan dalam proses belajar karena
jika siswa belajar dan pada sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya
akan lebih baik.
2. Faktor
eksternal (yang barasal dari luar diri)
Yang termasuk faktor
eksternal antara lain :
a.
Keluarga
satu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan
anak. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak
dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya
penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian bimbingan orang tua, rukun atau
tidakya orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak, tenang
atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian
hasil belajar anak.
Disamping faktor keadaan rumah, besar
kecilnya rumah, ada tidaknya peralatan, media belajar, papan tulis, gambar,
peta dan tidak adanya meja belajar.
b.
Sekolah
Keadaan
sekolah ikut mempengaruhi prestasi belajar, kualitas guru, metode mengajar,
kesesuaian dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas, keadaan ruang, jumlah
murid per kelas dan pelaksanaan tata tertib sekolah, semua itu turut
mempengaruhi keberhasiln anak.
c. Masyarakat
Keadaan
masyarakat juga mempengaruhi prestasi
belajar, bila disekitar tempat tinggal masyarakatnya terdiri dari orang-orang
yang berpendidikan, terutama anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan bermoral
baik, maka hal ini akan mendorong lebih giat belajar. Sebaliknya apabila
tinggal disekitar lingkungan dimana anak-anak tidak bersekolah dan
pengangguran, hal ini akan mempengaruhi semangat belajar.
d. Lingkungan
sekitar
Keadaan
lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan
lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan
sebagainya. Misalnya bila bangunan rumah penduduk sangat rapat akan sangat
mengganggu belajar. Keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk pikuk
orang sekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya
ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar.
2.3
Model Pembelajaran
Model pembelajaran sangat menentukan
keberhasilan mengajar selain didukung oleh faktor materi, metode, kemampuan
mengajar serta realitas dan situasi
kelas yang ada. Dalam memilih suatu model pembelajaran harus disesuaikan dengan
realitas dan situasi kelas yang ada, serta pandangan hidup yang akan dihasilkan
dari proses kerja sama yang dilakukan antara guru dan peserta didik.
Setiap
pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru mempunyai sasaran tertentu yang
ingin dicapai. Untuk tercapainya tujuan-tujuan itu di perlukan cara-cara menyampaikan
materi pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Cara guru menyampaikan
bahan itulah disebut metode. Metode adalah cara yang dalam fungsi-fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan (Sumiati. 2007 : 11).
Pengguatan
model pembelajaran yang didapat akan turun menentukan efektivitas dan evesiensi
pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan model
atau metode yang berpusat pada guru serta lebih menekankan pada peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan
pendapat diatas disimpulkan bahwa semakin tepat model yang digunakan oleh
guru dalam mengajar, maka semakin baik
pula hasil yang dicapai oleh siswa.
Model pembelajaran merupakan suatu komponen yang harus ada dalam kegitan
pembelajaran. Pada dasarnya model pembelajaran ini merupakan cara atau teknik
yang dilakukan dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
Adapun
fungsi model pembelajaran adalah sebagi berikut :
1. Sebagai
alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran
2. Sebagai
aktivitas pembelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dan guru dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran.
4. Sebagai
bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam melakukan pembelajaran,
apakah kegiatan pembelajaran itu perlu diberikan bimbingan secara individu atau
kelompok.
Setiap
pemilihan model pembelajaran perlu dikaji kesesuaian antara prilaku yang
diterapkan dalam tujuan dengan mengajar, kemudian ditentukan pula alternative
model pembelajaran yang dianggap paling
sesuai dengan tujuan tersebut. Dalam arti dalam model pembelajaran
tersebut memungkinkan proses belajar mengajar dapat membentuk kemampuan siswa
sesuai dengan pembelajaran yang diterapkan.
2.4 Pembelajaran Kooperatif
2.4.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Perkembangan model pembelajaran dari waktu kewaktu terus mengalami perubahan.
Model-model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan berganti dengan
model yang lebih modern. Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon
adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.
Secara sederhana kata “cooperative” berarti mengerjakan sesuatu
secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim.
Jadi, cooperative learning dapat diartikan belajar bersama-sama, saling
membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap
orang dalam kelompok mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pada
model cooperative learning, siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran,
sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa.
Artinya, dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun
sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya.
Ada dua bentuk utama pembelajaran kooperatif
melibatkan para pelajar dalam kerja kelompok, yaitu: (a) Membantu teman pelajar
yang lain untuk menguasai materi pelajaran dan (b) Menyempurnakan suatu proyek
kegiatan bersama, seperti laporan tulisan, presentasi, percobaan, karya seni
dan berbagai kebijakan.
Maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan kelompok kecil
pembelajar untuk bekerjasama menyelesaikan masalah atau tugas untuk mencapai
tujuan bersama sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus kemampuan
hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain dan
meningkatkan harga diri serta dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar berfikir dan memecahkan masalah (Isjoni, 2010:11)
2.4.2 Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem
yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang saling terkait. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, lima
unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, yaitu:
a.
Saling ketergantungan positif
Keberhasilan
kelompok dipengaruhi oleh usaha dari setiap anggotanya, dan untuk menciptakan
kelompok pelajar efektif, pengajar harus menyusun tugas sedemikian rupa,
sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang
lain bisa mencapai tujuan mereka.
b.
Tanggungjawab perseorangan
Jika
tugas dan pola penilaian yang dibuat berdasarkan prosedur pembelajaran
kooperatif maka setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang
terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat
persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota
kelompok harus melaksanakan tanggungjawabnya sendiri agar tugas selanjutnya
dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c.
Tatap muka
Setiap
kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi sehingga
menciptakan interaksi yang menguntungkan antar anggota. Hasil pemikiran
beberapa siswa akan lebih banyak daripada hasil pemikiran dari satu siswa.
d.
Komunikasi antar anggota
Kunci
keberhasilan suatu kelompok adalah komunikasi, oleh karena itu guru harus
mengajarkan cara-cara berkomunikasi yang baik karena tidak semua anggota
kelompok memiliki keahlian mendengarkan dan berbicara di depan kelompok dan
mengungkapkan pendapat mereka.
e.
Evaluasi proses kelompok
Pengajar
perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan
lebih efektif.
2.4.3 Tujuan
Pembelajaran Kooperatif
Menurut
Sanjaya (2006 : 248),
tujuan model pembelajaran kooperatif adalah:
1. Hasil belajar akademik: Model ini bertujuan
untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit.
2. Bertambah luasnya penerima orang-orang yang
berbeda-beda berdasarkan ras, budaya, tingkatan sosial, kemampuan dan
ketidakmampuan mereka. Belajar kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa
dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja, saling memiliki
ketergantungan pada tugas masing-masing.
3.
Mengajarkan pada siswa keterampilan-keterampilan bekerja sama dan
saling membantu. Ini merupakan keterampilan-keterampilan yang penting dalam
kehidupan masyarakat.
2.5
Model
Pembelajaran Course Review Horay
(CRH)
2.5.1
Pengertian
Model Pembelajaran Course Review Horay
(CRH)
Model
pembelajaran Course Review Horay
(CRH) adalah suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan
kotak yang di isi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang lebih
dulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat
diimplementasikan secara luas diberbagai bidang studi. Termasuk salah satu
pendapat pembelajaran kontruktivitistik seperti yang disarankan kurikulum.
2.5.2
Penilian
Penerapan Model Pembelajaran Course
Review Horay (CRH)
Setelah
pembelajaran selesai, hendaknya guru memberikan tugas kepada siswa baik secara
tertulis maupun secara lisan. Seperti tugas menjawab pertanyaan. Mengadakan latihan
lebih lanjut, apabila disekolah atau dirumah. Dengan menggunakan model
pembelajaran Course Review Horay
(CRH) telah di pahami siswa.
Adapun
langka-langkah Model Pembelajaran Course
Review Horay (CRH) adalah :
1. Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai.
2. Guru
menyajikan materi sesuai dengan tujuan pelajaran.
3. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk tanya jawab.
4. Untuk
menguji pemahaman siswa, siswa disuruh membuat kotak (kubus) sebanyak 9 sesuai
kebutuhan, dan tiap kotak di isi angka sesuai selera masing-masing siswa.
5.
Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis
jawaban didalam kotak yang nomornya disebutkan guru langsung didiskusikan.
Kalau benar di isi dengan tanda ( ) dan
kalau salah di isi dengan tanda silang (x)
6. Siswa
yang sudah mendapatkan tanda benar secara vertical, horizontal, atau diagonal
harus berteriak horay atau yel-yel lainnya.
7. Nilai
siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah horay yang diperoleh (Zaini, dkk,
2004).
2.6
Ikatan Kimia
2.6.1
Kondisi
Stabil Atom Unsur
Gaya
yang mengukat atom-atom dalam molekul atau gabungan ion dalam setiap senyawa
disebut Ikatan Kimia. Konsep ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1916 oleh Gilbert
Newton Lewis (1875-1946) dari Amerika dan Albercht Kossel (1853-1927)
dari Jerman (Martin S. Silberberg, 2000) konsep tersebut adalah :
1. Kenyataan
bahwa gas-gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn) sukar membentukan senyawa
merupakan bukti gas-gas mulia memiliki susunan elektron yang stabil.
2. Setiap
atom mempunyai kecenderungan untuk memiliki susunan elektron yang stabil seperti
gas mulia, caranya dengan melepaskan elekron atau menangkap elektron.
3. Untuk
memperoleh susunan elektron yang stabil hanya dapat dicapai dengan cara
beikatan dengan atom lain, yaitu dengan cara melepaskan elektron menangkap
elektron, maupun pemakaian elektron secara bersama-sama.
Dibandingkan
dengan unsur-unsur lain, unsur gas mulia merupakan unsur yang paling stabil.
Kestablan ini disebabkan karena susunan elektronnya berjumlah 8 elektron di
kulit terluar, kecuali Helium (mempunyai konfigurasi elektron penuh). Hal ini
dikenal dengan konfigurasi oktet, kecuali helium dengan konfigurasi duplet.
Unsur-unsur lain dapat mencapai konfigurasi oktet dengan membentuk ikatan agar
dapat menyamakan konfigurasi elektronnya dengan konfigurasi elektron gas mulia
terdekat. Kecenderungan ini disebut aturan oktet. Konfigurasi oktet
(konfigurasi stabil gas mulia) dapat dicapai dengan melepas, menangkap, atau
memasangkan elektron. Berdasarkan
susunan kongfigurasi elekron dapat dilihat tabel di bawah ini.
Tabel. 2.5.1 Susunan
Kongfigurasi Elektron Yang Stabil
Periode
|
Unsur
|
Nomor
Atom
|
K
|
L
|
M
|
N
|
O
|
P
|
1
|
He
|
2
|
2
|
|
|
|
|
|
2
|
Ne
|
10
|
2
|
8
|
|
|
|
|
3
|
Ar
|
18
|
2
|
8
|
8
|
|
|
|
4
|
Kr
|
36
|
2
|
8
|
18
|
8
|
|
|
5
|
Xe
|
54
|
2
|
8
|
18
|
18
|
8
|
|
6
|
Rn
|
86
|
2
|
8
|
18
|
32
|
18
|
8
|
Sumber : ( Etty
Sofyatiningrum, dkk, 2007 : 63 )
Kecenderungan
unsur-unsur untuk menjadikan kongfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia
terdekat dikenal dengan istilah aturan oktet. Berdasarkan perubahan
kongfigurasi elektron yang terjadi pada pembentukan ikatan, maka ikatan kimia
dibedakan menjadi 4 yaitu : ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen
koordinasi dan ikatan logam.
2.6.2
Pembentukan ion
Ion
merupakan partikel yang bermuatan listrik positif dan negatif. Ion positif
(kation) dapat terjadi karena suatu atom melepaskan elektronnya, sedangkan ion negatif
terjadi karena jumlah elektron lebih sedikit dari pada jumlah proton didalam
inti, sedangkan muatan negatif terjadi karena jumlah elektron lebih banyak dari
pada jumlah protonnya. (Anshory. 1996 : 33 )
Dalam
membentuk ion, suatu atom akan melepas atau mengikat elektron. Ato-atom yang
mempunyai energi ionisasi rendah, misalnya atom-atom dari unsur golongan IA dan
IIA dalam sistem periodik unsur akan mempunyai kecenderungan melepaskan
elektronnya, sedangkan atom-atom yang mempunyai afinitas elektron yang besar,
akan cenderung mengikat elektron.
Contoh :
a. Atom 11Na : 2, 8, 1 (kongfigurasi elektron
tidak stabil) untuk mencapai kestabilan, atom Na melepas sebuah elektronnya
sehingga kongfigurasi elektronnya sama dengan atom Ne (kongfigurasi elektronnya
10Ne : 2, 8 )
11Na
Na+ + e-
(2, 8, 1) (2, 8)
Proses
pembentukan ion positif (ionisasi) tersebut mudah terjadi, karena atom Na
mempunyai ionisasi yang rendah
b.
Atom 17Cl
: 2, 8, 7 (kongfigurasi elektron tidak stabil) agar kongfigurasi elektronnya
stabil, cara yang memungkinkan adalah menjadikan kongfigurasi elektron seperti 18Ar
: 2, 8, 8 dengan mengikatkan sebuah elektron menjadi ion Cl-.
Cl + e- Cl-
(2, 8, 7) (2,
8, 8)
Proses penangkapan elektron
tersebut mudah terjadi, karena afinitas elektron atom klorin besar.
2.6.3
Menggunakan Pasangan Elektron Bersama
Atom-atom
yang mempunyai energi ionisasi tinggi akan sukar melepaskan elektronnya.
Sehingga dalam mencapai kestabilan sukar membentuk ion positif. Demikian pula
atom-atom yang mempunyai afinitas elektron yang rendah, dalam mencapai
kestabilan tidak membentuk ion negatif.
Atom-atom
yang sukar melepas elektron atau mempunyai energi ionisasi yang tinggi dan atom
yang sukar menarik elektron atau mempunyai afinitas elektron yang rendah
mempunyai kecenderungan untuk membentuk pasangan elektron yang dipakai bersama.
Pasangan elektron yang dibentuk oleh atom-atom yang berikatan dapat berasal
dari kedua atom yang bergabungan atau dapat pula berasal dari salah satu atom
yang bergabung.
2.6.4
Peranan Elektron Dalam Ikatan Kimia
Pembentukan
ikatan-ikatan dari atom-atomnya terjadi melalui suatu ikatan kimia. Ikatan yang
terjadi bergantung dari elektron valensi (elektron pada kulit paling luar) dari
unsur-unsurnya.
Untuk atom dengan elektron valensi
bernilai kecil, yaitu 1, 2 dan 3 mempunyai kecenderungan melepaskan elektron
untuk membentuk kongfigurasi elektron seperti pada gas mulia.
Untuk unsur hydrogen yang mempunyai elektron
valensi 1 aka lebih cenderung menerima elektron karena membentuk kongfigurasi elektron
seperti helium ( 2 elektron ), sedangkan elektron valensi 4 mempunyai
kecenderungan menerima atau melepaskan elektron.
Dari penjelasan elektron di atas,
dapat disimpulkan bahwa atom yang berikatan dengan cara menerima dan melepaskan
elektron disebut atom yang berikatan secara ion.
2.7
Ikatan Ion
2.7.1
Pengertian Dan Proses Terbentuknya Ikatan Ion
Ikatan
ion adalah ikatan yang terbentuk antara atom yang mudah melepaskan elektron
dengan atom yang mudah menerima elektron. Ion terdiri dari 2 jenis, yaitu ion
positif dan ion negatif.
Menurut
Oxtoby (1998 : 55 ) Ikatan ion terbentuk karena adanya gaya tarik menarik
elektrostatis antar ion positif dengan ion negatif. Ikatan ion pada umumnya
terjadi antara atom-atom yang mempunyai energi ionisasi rendah dengan atom-atom
yang mempunyai afinitas elektron yang besar. Unsur-unsur logam umumnya
mempunyai energi ionisasi yang rendah, sedangkan unsur-unsur non logam
mempunyai afinitas elektron yang tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
antar unsur-unsur logam dengan unsur-unsur non logam umumnya akan membentuk
ikatan ion.
Contoh :
Senyawa CaCl2
20Ca : 2, 8, 8, 2
17Cl : 2, 8, 7
Atom Ca akan
melepaskan dua elektronnya menjadi
Ca Ca2+
+ 2 e-
(
2, 8, 8, 2 ) ( 2, 8, 8 )
Dua
atom Cl masing-masing akan mengikat sebuah elektron yang dilepas atom kalium
tersebut menjadi
Cl + e- Cl-
(
2, 8, 7 ) ( 2, 8, 8
)
Sebuah
atom Ca2+ akan mengikat dua atom Cl- untuk membentuk
senyawa netral CaCl2
Ca2+ + 2Cl- CaCl2
Senyawa ion umumnya akan membentuk
Kristal. Jumlah ion positif dan negatif dalam setiap unit Kristal tidak dapat
ditentukan secara tepat Karena semakin besar ukuran Kristal semakin banyak
ion-ion penyusunnya. Meskipun demikian, perbandingan jumlah ion-ion positif dan
ion-ion negatif selalu tetap.
Secara umum sifat fisis senyawa ion
dipengaruhi oleh struktur Kristal ion tersebut. Beberapa sifat khas senyawa
ion, antara lain.
a.
Umumnya senyawa
ion dapat larut dalam air.
b.
Dalam keadaan
cair atau terlarut dalam air, senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik.
c.
Ikatan yang
cukup kuat dari ion negatif dan ion positif dengan gaya elektrostatis
mengakibatkan titik lebur dan titik didihnya relative tinggi.
d.
Kristal senyawa
ion merupakan zat padat yang keras tapi rapuh (mudah pecah) jika dipukul, sebab
adanya benturan mengakibatkan terjadinya pergeseran letak (posisi) ion negatif
dan ion positif. Ion positif akan berhadapan dengan ion positif, demikian pula
ion negatif akan berhadapan dengan ion negatif, akibatnya terjadi gaya tolak
menolak yang menyebabkan terpecahnya Kristal. (Sudarmo, 2006 : 42 ).
2.8
Ikatan
Kovalen
Ikatan
kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pesangan elektron secara
bersama oleh 2 atom yang berikatan. (Micheal Purba. 2006 : 85 ) mengemukakan
bahwa :” ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah satu atom yang akan
berikatan untuk melepaskan elektron (terjadi pada atom-atom non logam). Ikatan
kovalen terbentuk dari atom-atom unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi
serta beda keelektronegatifannya lebih kecil dibandingkan ikatan ion”.
Ikatan
kovalen terbentuk akibat kecenderungan atom-atom untuk menggunakan elektron
bersama agar memiliki konfigurasi elektron seperti gas mulia. Atom-atom yang
berikatan secara kovalen umumnya dalah atom-atom logam. Contohnya ikatan
kovalen yang terbentuk antara dua atom non logam Cl pada gas klorin Cl2.
Atom
Cl (Z=17) memiliki konfigurasi elektron (2, 8, 7). Gas mulia yang memiliki
kofigurasi elektron terdekat adalah Ar (2, 8, 8). Sewaktu atom Cl bergabung
dengan atom Cl lainnya, transfer elektron tidak mungkin terjadi. Hal ini
dikarenakan kemampuan kedua inti atom Cl untuk menarik elektron adalah sama.
Meski demikian, masing-masing atom Cl dapat menggunakan 1 elektron valensinya
membentuk sepasang elektron yang dapat digunakan bersama, sehingga kedua atom
Cl dapat memenuhi aturan oktet.
Pasangan
elektron tersebut dapat ditarik oleh kedua inti atom Cl karena perbedaan
muatan. Muatan inti yang sejenis menyebabkan kedua inti akan saling tolak
menolak. Akibat gaya tarik menarik dan tolak menolak menyebabkan pasangan
elektron tersebut mengambil posisi ditengah kedua inti. Akibatnya, kedua atom
Cl akan berikatan membentuk Cl2. Ikatan Kimia yang terbentuk sebagai akibat
penggunaan bersama pasangan elektron oeleh dua atom disebut ikatan kovalen. Ikatan kovalen terbagi menjadi 3 yaitu :
2.8.1
Ikatan Kovalen Tunggal
Ikatan
kovalen tunggal yaitu, ikatan yang terjadi antara atom H dengan atom H
membentuk molekul H2 konfigurasi elektronnya adalah : 1H
= 1s1 ke-2 atom H yang berikatan memerlukan 1 elektron tambahan agar diperoleh
konfigurasi elektron yang stabil (sesuai dengan konfigurasi elektron He). Untuk
itu, ke-2 atom H saling meminjamkan 1 elektronnya sehingga terdapat sepasang
elektron yang dipakai bersama.
2.8.2
Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Ikatan
ini melibatkan pemakaian bersama dua pasang elektron oleh dua atom yang
berikatan. Misalnya pada ikatan yang terjadi antara atom O dengan O membentuk
molekul O2, konfigurasi elektronnya : 8O = 1s2 2s6 atom O
memiliki 6 elektron valensi, maka agar diperoleh kongfigurasi elektron yang
stabil tiap-tiap atom O memerlukan tambahan elektron sebanyak 2, ke-2 atom O
saling meminjamkan 2 elektronnya, sehingga ke-2 atom tersebut akan menggunakan
2 pasang elektron secara bersama.
2.8.3
Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Ikatan
kovalen rangkap tiga melibatkan pemakaian bersama tiga pasang elektron oleh
tiga atom yang berikatan. Ikatan yang terjadi antara atom N dengan N membentuk
molekul N2, konfigurasi elektronnya : 7N = 1s2 2s5. Atom
N memiliki 5 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi elektron yang
stabil tiap-tiap atom N memerlukan tambahan elektron sebanyak 3, ke-2 atom N
saling meminjamkan 3 elektronnya, sehingga ke-2 atom N tersebut akan
menggunakan 3 pasang elektron secara bersama.
2.9 Ikatan
Kovalen Koordinat
Ikatan kovalen koordinat adalah ikatan yang terbentuk
dengan cara pengguanaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1
atom yang berikatan pasangan elektron bebas (PEB), sedangkan atom yang lain
hanya menerima pasangan elektron yang digunakan bersama. Pasangan elektron
ikatan (PEI) yang menyatakan ikatan dativ digambarkan dengan tanda anak panah
kecil yang arahnya dari atom donor menuju akseptor pasangan elektron.
2.10
Ikatan
Logam
Ikatan
logam merupakan ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama
elektron-elektron valensi antar atom-atom logam. Ikatan Kimia antar atom-atom
penyusun logam bukanlah ikatan ion ataupun ikatan kovalen. Ikatan ion tidak
memungkinkan karena semua atom logam cenderung ingin melepas elektron dan
membentuk ion positif. Demikian juga ikatan kovalen. Atom logam mempunyai
jumlah elektron valensi yang terlalu sedikit sehingga membentuk ikatan kovalen.
Terdapat suatu jenis ikatan yang dapat mengikat atom-atom logam, yakni ikatan
logam.
Adanya elektron valensi yang dapat bergerak bebas dari
satu ion positif atom ke ion positif atom lain menjadikan logam sebagai
penghantar listrik dan kalor yang baik. Larutan elektron pada Kristal logam
memegang erat ion-ion positif pada logam, sehingga bila dipukul atau ditempa
logam tidak akan pecah, tetapi akan menggeser. Hal itulah yang menyebabkan
sifat logam yang ulet, dapat ditempa, maupun diulur menjadi kawat (Sudarmo,
2006 :53)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini direncanakan akan dilaksanakan di SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar kelas X
semester genap
tahun ajaran 2013/2014.
3.2
Subjek Penelitian
Subjek adalah keseluruhan dari objek yang akan
diteliti dalam suatu penelitian. Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek
adalah seluruh siswa SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar tahun ajaran 2013/2014.
Adapun yang menjadi subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X mengingat keterbatasan waktu dan dana, pengambilan seluruh subjek bila sebenarnya
kondisi sampel yang dipilih sudah mewakili keadaan subjek.
3.3
Instrumen Penelitian
Penelitian
yang penulis laksanakan bersifat deskriptif kuantitatis, maka untuk memperoleh data
yang diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian
sebagai berikut :
1.
Observasi
Penulis
mengadakan pengamatan langsung kelokasi penelitian yaitu SMK 1 Darul Kamal Aceh
Besar. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui
Apakah
dapat melakukan penelitian dan apakah Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) sudah diterapkan atau belum disekolah
tersebut. Penulis juga mengadakan pendekatan pada guru bidang studi, guna
mengetahui masalah materi yang diajarkan.
2. Tes
Tes
merupakan sejumlah soal yang diberikan kepada siswa yang terpilih sebagai
sampel. Tes ini diberikan kepada siswa dalam dua tahap yaitu :
a. Tes
awal (pre-test)
Tes
ini diberikan kepada siswa sebelum dimulai proses mengajar. Tes ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum proses belajar mengajar dimulai.
b. Tes
akhir (post-test)
Tes
ini diberikan kepada siswa setelah berlangsungnya proses belajar mengajar. Tes
ini bertujuan untuk mengetahui kemamapuan / pengetahuan siswa setelah
diterapkan Penerapan Model Pembelajaran Course
Review Horay (CRH) pada materi Ikatan Kimia.
3. Angket
Angket
pada penelitian ini berisikan tentang respon siswa terhadap Penerapan Model
Pembelajaran Course Review Horay
(CRH) yang telah diterapkan, dimana angket tersebut berisi 13 pertanyaan dan
disediakan pertanyaan dalam alternatif jawaban “ya” atau “tidak” juga disertai
alasan siswa mengapa memilih salah satu alternatif jawaban yang telah ditentukan. Angket ini
akan diberikan pada pertemuan terakhir sebelum jam pelajaran berakhir.
3.4
Teknik
Analisis Data
Data
yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis untuk mengetahui
perkembangan yang dialami siswa dari
setiap pertemuan, baik dari segi keaktifan siswa maupun hasil belajar siswa.
1. Aktivitas
siswa
Aktivitas
siswa diperoleh dari lembaran pengamatan, dianalisis dengan rumus seperti yang
dikemukakan oleh Chotimah (2009:93).
Nilai =
x
100%
2. Tes
Tes
ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengn penerapan model
seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:50).
Ƥ =
x
100%
Dimana :
P = Angka persentase
F = Frekuensi siswa
yang menjawab benar
N = Jumlah siswa
seluruhnya
Nilai diperoleh setelah analisa dan
rumusan tersebut diatas telah tercapai jika memenuhi kriteria ketuntasan
minimal (KKM) untuk materi Ikatan Kimia yaitu sebesar 60, nilai ketuntasan ini
disesuaikan dengan nilai KKM di SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anshory, Irfan. 1994. Kimia SMU Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Aunurrahman,
2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Budiningsih, Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Dimiyanti
dan Mujiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Oxtoby
, David W. (1998), Prinsip-Prinsip Kimia
Modern, Edisi Keempat, Jil I,
Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Hamalik, Oemar.
2011. Proses Belajar Mengajar.
Bandung : PT. Alumni
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta
J. M. C. Johari dan
Rachmawati. 2006. Kimia SMA dan MA Untuk
Kelas X, Jakarta: Esis.
Martensi dan Edi, Mungi Wibowo.
1980. Identifikasi Kesulitan Belajar,
Semarang: IKIP Semarang.
Michael, Purba. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Nasution. S, 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Bina Marga Aksara.
Sardiman. AM. 2001.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana
Prenada Media
Group.
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudarmo, Unggul, (2006), Kimia Untuk SMA kelas X, Jakarta :
Phibeta
Sumiati. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima
Walgito, Bima. 2004. Pengantar Psikiologi Umum, Yogjakarta :
Andi
Zaini Hisyam,
dkk. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif,
Yogjakarta : CTSD
semoga bermanfaat ..
BalasHapus