Kamis, 13 Februari 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) PADA KONSEP IKATAN KIMIA DI KELAS X SMK 1 DARUL KAMAL ACEH BESAR





PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY
(CRH) PADA KONSEP IKATAN KIMIA DI KELAS X SMK 1
DARUL KAMAL ACEH BESAR


Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas
Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana


Oleh :

INSAN NUHARI
0911020037



 









FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2013
 











DAFTAR ISI

                                                                                                                        Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
ABSRAK.................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1         Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
1.2         Rumusan Masalah.............................................................................. 4
1.3         Tujuan Penelitian................................................................................ 5
1.4         Manfaat Penelitian............................................................................. 5

BAB II : LANDASAN TEORI............................................................................... 7
2.1         Belajar dan prinsip-prinsip belajar...................................................... 7
2.2         Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar................................. 9
2.3         Model pembelajaran........................................................................... 12
2.4         Pembelajaran kooperatif .................................................................... 14
2.4.1 Pengertian pembelajaran kooperatif ......................................... 14
2.4.2 Ciri-ciri pembelajaran kooperatif .............................................. 15
2.4.3 Tujuan pembelajaran kooperatif ............................................... 17
2.5         Model pembelajaran Course Review Horay (CRH)........................... 16
2.6         Ikatan Kimia....................................................................................... 18

BAB III : METODE PENELITIAN...................................................................... 29
3.1         Tempat dan waktu penelitian............................................................. 29
3.2         Subjek penelitian................................................................................ 29
3.3         Instrumen penelitian........................................................................... 29
3.4         Teknik analisis data............................................................................ 31




BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 33
4.1         Pelaksanaan Proses Pembelajaran....................................................... 33
4.1.1        Aktivitas Siswa ..................................................................... 33
4.2         Analisa Ketuntasan Hasil Belajar....................................................... 36
4.3         Data Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan
Model    Pembelajaran Course Review Horay (CRH) ....................... 38

BAB V : PENUTUP................................................................................................ 49
5.1         Kesimpulan......................................................................................... 49
5.2         Saran-saran......................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 51
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................... 52
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................... .... 62

 






BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena adanya pendidikan sehingga menghasilkan manusia terdidik dan terampil yang dapat berguna bagi bangsa dan negara. Dalam negara yang sedang berkembang seperti indonesia, pendidikan harus diarahkan pada kepentingan pembangunan secara merata baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat berperan dalam proses belajar mengajar untuk pembentukan sumber daya manusia yang pontensial dalam pembangunan. Oleh karena itu, meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran sebagian besar terletak pada kegiatan guru dalam mendorong siswa kearah tercapainya tujuan pendidikan. Maka salah satu tugas utama dari seorang guru adalah berusaha untuk membantu dan membimbing siswa dalam proses belajar mengajar.
Belajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu ciri belajar pada seseorang adalah terjadinya perubahan atau perkembangan individu yang meliputi tiga ranah yang dikenal dengan taksonomi Bloom, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor Peningkatan belajar siswa sangat tergantung pada penguasaan serta tehnik mengajar guru dalam kegiatan pembelajaran. Semua itu dapat terwujud apabila keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran itu sendiri (Aunurrahman. 2011:49)

Belajar adalah mendisiplin dan menguatkan daya-daya mental, terutama daya pikir, melalui latihan mental yang ketat. Bila “otak” telah dikembangkan melalui studi matematika, bahasa klasik dan humaniora, maka pelajar akan mampu berkat pikiran rasionalnya mentranfer proses belajar itu pada bidang studi lain. Jadi yang mendapat perhatian ialah cara mempelajari bahan yang sulit seperti matematika dan bahasa klasik agar mendisplin dan mengembangkan proses-proses mental (Nasution. 2006 : 29)
Kimia merupakan salah cabang ilmu pengetahuan alam yang wajib dipelajari oleh siswa mulai dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Perguruan Tinggi (PT). Hal ini dikarenakan pelajaran kimia sangat besar manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, sejak dini diharapkan pelajaran kimia dapat diajarkan oleh guru melalui penyampaian yang tepat sehingga siswa dapat menguasai dan memahami pelajaran dengan baik.
Namun pada kenyataan hasil belajar siswa yang diperoleh pada pelajaran kimia khususnya Ikatan Kimia di SMK 1 Darul Kamal belum mencapai hasil yang optimal, meskipun upaya guru telah dilakukan dengan mengadakan latihan berulang-ulang. Berdasarkan pengamatan peneliti pada sekolah tersebut, bahwa hasil ulangan materi Ikatan Kimia banyak yang belum mencapai nilai KKM yang ditetapkan, nilai KKM kimia adalah 60. Dengan kata lain keberhasilan siswa dalam meningkatkan hasil belajar baik pada proses pengerjaan maupun pada hasil yang dicapai belum menunjukkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan observasi awal di SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar, kebanyak guru kimia dalam proses pembelajaran (khususnya pada konsep Ikatan Kimia) masih cenderung menggunakan model pembelajaran konvesiaonal yang didominasi metode ceramah, sehingga guru terlibat lebih aktif dari siswa. Hal ini menyebabkan  proses pembelajaran akan terlihat pasif dan menimbulkan persepsi bagi siswa bahwa kimia itu sulit dan membosankan, sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Mengingat banyaknya persoalan yang timbul akibat masalah tersebut, maka peneliti berinisiatif melakukan penelitian dengan Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH).
Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk ikut aktif dalam belajar. Model ini merupakan cara belajar mengajar yang lebih menekankan pada pemahaman materi yang diajarkan guru dengan menyelesaikan soal-soal. Dalam aplikasinya model pembelajaran Course Review Horay (CRH) tidak hanya menginginkan keaktifan siswa. Pembelajaran model Course Review Horay (CRH)  juga melatih siswa untuk mencapai tujuan-tujuan hubungan sosial yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka timbul suatu permasalahan sejauh mana penerapan Course Review Horay (CRH) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep Ikatan Kimia di kelas X SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Pada Konsep Ikatan Kimia Di Kelas X SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar”.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana hasil belajar siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Tipe Course Review Horay (CRH) di Kelas X SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar.
2.      Bagaimana aktifitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)  pada konsep Ikatan Kimia di Kelas X SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar.
3.      Bagaimana respon siswa terhadap Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)  pada Ikatan Kimia.

1.3   Tujuan Masalah
Adapun yang meliputi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.      Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)   Pada Konsep Ikatan Kimia di Kelas X SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar.
2.      Untuk meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Pada Konsep Ikatan Kimia di Kelas X SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar.
3.      Untuk mengetahui respon siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Pada Konsep Ikatan Kimia di Kelas X SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar.

1.4    Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.      Bagi siswa, dengan Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2.      Bagi guru, dengan adanya Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam hal merancang model pembelajaran agar dapat mencapai hasil yang optimal.
3.      Bagi sekolah, untuk dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki kualitas pendidikan.
4.      Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak dalam rangka menidaklanjuti penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas lagi.


BAB II
LANDASAN TEORI


2.1   Belajar Dan Prinsip-Prinsip Belajar
Istilah belajar begitu sering diucapkan orang, bahkan istilah belajar ini tidak pernah membingungkan orang dalam memberikan definisi karena istilah belajar telah banyak dikenal orang, lebih-lebih setelah dicanangkannya wajib belajar. Namun untuk memberikan pengertian belajar secara khusus belumlah  mempunyai titik kesamaan. Tanggapan ini didasarkan atas sudut pandang masing-masing.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003).
Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 10) Mengungkapkan bahwa didefinisikan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Hamalik (2011 : 27) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

 
Sadirman (2003 : 21) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi apabila semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseoarang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Dari pendapat ini juga menekankan suatu indikator belajar dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar.
Dalam teori belajar sibernetik, belajar dapat diartikan sebagai pemrosesan informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Berlangsungnya proses belajar sangat bergantung pada sistem informasi. Oleh sebab itu, teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi (Budiningsih, 2005:93).
Belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal sehingga dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Cukup banyak definisi mengenai belajar yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya belajar itu merupakan suatu proses adaptasi prilaku yang bersifat progresif, adanya tedensi kearah yang lebih sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya (Walgito, 2004:166).
Selain itu belajar juga didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan didalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan. Ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Dari pengertian  diatas dapat disimpulkan tujuan dari belajar adalah sebagi berikut :
1.      Mengadakan  perubahan didalam diri antara lain tingkah laku.
2.      Belajar bertujuan mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik.
3.      Belajar bertujuan mengubah sikap, dri negatif menjadi positif.
4.      Belajar bertujuan untuk mengubah keterampilan, misalnya olah raga, kesenian, jasa, teknik, pertanian dan sebagainya.
5.      Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam bebagai bidang ilmu.
Belajar juga mempunyai beberapa prinsip diantaranya adalah :
1.    Kematangan jasmani dan rohani
2.    Memiliki kesiapan
3.    Memahami tujuan
4.    Memiliki kesungguhan
5.    Ulangan dan latihan

2.2   Faktor-Faktor  Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang  dalam belajar disebabkan  beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dalam diri orang yang belajar dan pula dari luar dirinya.
Secara garis besar ada dua faktor prestasi/hasil belajar. Dibawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar.
1.      Faktor internal (yang berasal dari dalam diri)
Yang termasuk faktor internal antara lain :
a.       Minat
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu.
b.      Motivasi
Motivasi adalah gaya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari. Motivasi yang barasal dari luar (ekstrintsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya orang tua, guru,teman dan anggota masyarakat.
c.       Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan akan berkembang dengan baik menjadi kecakapan yang nyata apabila kemampuan tersebut diberikan kesempatan. Seperti dikemukakan oleh Martensi “ anak-anak yang menuntut ilmu pengetahuan yang tidak sesuai dengan bakatnya sering kali mengalami kesukaran dalam menerima pelajaran yang dituntutnya, adapun jika sesuai dengan bakatnya prestasi belajar akan baik, bergairah dan giat belajarnya (Martensi dan Edi, 1980:16)
d.      Kesiapan
Kesiapan itu diambil dari diri sendiri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti persiapan untuk melaksanakan kesiapan. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar karena  jika siswa belajar dan pada sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik.
2.      Faktor eksternal (yang barasal dari luar diri)
Yang termasuk faktor eksternal antara lain :
a.         Keluarga
satu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian bimbingan orang tua, rukun atau tidakya orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
Disamping faktor keadaan rumah, besar kecilnya rumah, ada tidaknya peralatan, media belajar, papan tulis, gambar, peta dan tidak adanya meja belajar.
b.      Sekolah
Keadaan sekolah ikut mempengaruhi prestasi belajar, kualitas guru, metode mengajar, kesesuaian dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas, keadaan ruang, jumlah murid per kelas dan pelaksanaan tata tertib sekolah, semua itu turut mempengaruhi keberhasiln anak.
c.       Masyarakat
Keadaan masyarakat  juga mempengaruhi prestasi belajar, bila disekitar tempat tinggal masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan bermoral baik, maka hal ini akan mendorong lebih giat belajar. Sebaliknya apabila tinggal disekitar lingkungan dimana anak-anak tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mempengaruhi semangat belajar.
d.      Lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya bila bangunan rumah penduduk sangat rapat akan sangat mengganggu belajar. Keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk pikuk orang sekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar.

2.3   Model Pembelajaran
            Model pembelajaran sangat menentukan keberhasilan mengajar selain didukung oleh faktor materi, metode, kemampuan mengajar serta realitas  dan situasi kelas yang ada. Dalam memilih suatu model pembelajaran harus disesuaikan dengan realitas dan situasi kelas yang ada, serta pandangan hidup yang akan dihasilkan dari proses kerja sama yang dilakukan antara guru dan peserta didik.
Setiap pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru mempunyai sasaran tertentu yang ingin dicapai. Untuk tercapainya tujuan-tujuan itu di perlukan cara-cara menyampaikan materi pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Cara guru menyampaikan bahan itulah disebut metode. Metode adalah cara yang dalam fungsi-fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan (Sumiati. 2007 : 11).
Pengguatan model pembelajaran yang didapat akan turun menentukan efektivitas dan evesiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan model atau metode yang berpusat pada guru serta lebih menekankan pada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa semakin tepat model yang digunakan oleh guru  dalam mengajar, maka semakin baik pula hasil yang dicapai oleh siswa. Model pembelajaran merupakan suatu komponen yang harus ada dalam kegitan pembelajaran. Pada dasarnya model pembelajaran ini merupakan cara atau teknik yang dilakukan dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Adapun fungsi model pembelajaran adalah sebagi berikut :
1.    Sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran
2.    Sebagai aktivitas pembelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.
3.    Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran.
4.    Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam melakukan pembelajaran, apakah kegiatan pembelajaran itu perlu diberikan bimbingan secara individu atau kelompok.
Setiap pemilihan model pembelajaran perlu dikaji kesesuaian antara prilaku yang diterapkan dalam tujuan dengan mengajar, kemudian ditentukan pula alternative model pembelajaran yang dianggap paling  sesuai dengan tujuan tersebut. Dalam arti dalam model pembelajaran tersebut memungkinkan proses belajar mengajar dapat membentuk kemampuan siswa sesuai dengan pembelajaran yang diterapkan.

2.4  Pembelajaran Kooperatif
2.4.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
            Perkembangan model pembelajaran  dari waktu kewaktu terus mengalami perubahan. Model-model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan berganti dengan model yang lebih modern. Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.
            Secara sederhana kata “cooperative” berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim. Jadi, cooperative learning dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan yang telah ditentukan.
            Pada model cooperative learning, siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Artinya, dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya.
            Ada dua bentuk utama pembelajaran kooperatif melibatkan para pelajar dalam kerja kelompok, yaitu: (a) Membantu teman pelajar yang lain untuk menguasai materi pelajaran dan (b) Menyempurnakan suatu proyek kegiatan bersama, seperti laporan tulisan, presentasi, percobaan, karya seni dan berbagai kebijakan.
            Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan kelompok kecil pembelajar untuk bekerjasama menyelesaikan masalah atau tugas untuk mencapai tujuan bersama sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain dan meningkatkan harga diri serta dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir dan memecahkan masalah (Isjoni, 2010:11)

2.4.2 Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
            Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang saling terkait. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, yaitu:
a.       Saling ketergantungan positif
            Keberhasilan kelompok dipengaruhi oleh usaha dari setiap anggotanya, dan untuk menciptakan kelompok pelajar efektif, pengajar harus menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

b.      Tanggungjawab perseorangan
            Jika tugas dan pola penilaian yang dibuat berdasarkan prosedur pembelajaran kooperatif maka setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggungjawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c.       Tatap muka
            Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi sehingga menciptakan interaksi yang menguntungkan antar anggota. Hasil pemikiran beberapa siswa akan lebih banyak daripada hasil pemikiran dari satu siswa.
d.      Komunikasi antar anggota
            Kunci keberhasilan suatu kelompok adalah komunikasi, oleh karena itu guru harus mengajarkan cara-cara berkomunikasi yang baik karena tidak semua anggota kelompok memiliki keahlian mendengarkan dan berbicara di depan kelompok dan mengungkapkan pendapat mereka.
e.       Evaluasi proses kelompok
            Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.


 2.4.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
            Menurut Sanjaya (2006 : 248), tujuan model pembelajaran kooperatif adalah:
1.      Hasil belajar akademik: Model ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
2.      Bertambah luasnya penerima orang-orang yang berbeda-beda berdasarkan ras, budaya, tingkatan sosial, kemampuan dan ketidakmampuan mereka. Belajar kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja, saling memiliki ketergantungan pada tugas masing-masing.
3.      Mengajarkan pada siswa keterampilan-keterampilan bekerja sama dan saling membantu. Ini merupakan keterampilan-keterampilan yang penting dalam kehidupan masyarakat.

2.5    Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)
2.5.1   Pengertian Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)
Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang di isi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang lebih dulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat diimplementasikan secara luas diberbagai bidang studi. Termasuk salah satu pendapat pembelajaran kontruktivitistik seperti yang disarankan kurikulum.
2.5.2   Penilian Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)
Setelah pembelajaran selesai, hendaknya guru memberikan tugas kepada siswa baik secara tertulis maupun secara lisan. Seperti tugas menjawab pertanyaan. Mengadakan latihan lebih lanjut, apabila disekolah atau dirumah. Dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) telah di pahami siswa.
Adapun langka-langkah Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah :
1.      Guru menyampaikan  kompetensi yang ingin dicapai.
2.      Guru menyajikan materi sesuai dengan tujuan pelajaran.
3.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk tanya jawab.
4.      Untuk menguji pemahaman siswa, siswa disuruh membuat kotak (kubus) sebanyak 9 sesuai kebutuhan, dan tiap kotak di isi angka sesuai selera masing-masing siswa.
5.      Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban didalam kotak yang nomornya disebutkan guru langsung didiskusikan. Kalau benar di isi dengan tanda (  ) dan kalau salah di isi dengan tanda silang (x)
6.      Siswa yang sudah mendapatkan tanda benar secara vertical, horizontal, atau diagonal harus berteriak horay atau yel-yel lainnya.
7.      Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah horay yang diperoleh (Zaini, dkk, 2004).


2.6     Ikatan Kimia
2.6.1        Kondisi Stabil Atom Unsur
Gaya yang mengukat atom-atom dalam molekul atau gabungan ion dalam setiap senyawa disebut Ikatan Kimia. Konsep ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1916 oleh Gilbert Newton Lewis (1875-1946) dari Amerika dan Albercht Kossel (1853-1927) dari Jerman (Martin S. Silberberg, 2000) konsep tersebut adalah :
1.      Kenyataan bahwa gas-gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn) sukar membentukan senyawa merupakan bukti gas-gas mulia memiliki susunan elektron yang stabil.
2.      Setiap atom mempunyai kecenderungan untuk memiliki susunan elektron yang stabil seperti gas mulia, caranya dengan melepaskan elekron atau menangkap elektron.
3.      Untuk memperoleh susunan elektron yang stabil hanya dapat dicapai dengan cara beikatan dengan atom lain, yaitu dengan cara melepaskan elektron menangkap elektron, maupun pemakaian elektron secara bersama-sama.
Dibandingkan dengan unsur-unsur lain, unsur gas mulia merupakan unsur yang paling stabil. Kestablan ini disebabkan karena susunan elektronnya berjumlah 8 elektron di kulit terluar, kecuali Helium (mempunyai konfigurasi elektron penuh). Hal ini dikenal dengan konfigurasi oktet, kecuali helium dengan konfigurasi duplet. Unsur-unsur lain dapat mencapai konfigurasi oktet dengan membentuk ikatan agar dapat menyamakan konfigurasi elektronnya dengan konfigurasi elektron gas mulia terdekat. Kecenderungan ini disebut aturan oktet. Konfigurasi oktet (konfigurasi stabil gas mulia) dapat dicapai dengan melepas, menangkap, atau memasangkan elektron. Berdasarkan susunan kongfigurasi elekron dapat dilihat tabel di bawah ini.
Tabel. 2.5.1 Susunan Kongfigurasi Elektron Yang Stabil
Periode
Unsur
Nomor Atom
K
L
M
N
O
P
1
He
2
2





2
Ne
10
2
8




3
Ar
18
2
8
8



4
Kr
36
2
8
18
8


5
Xe
54
2
8
18
18
8

6
Rn
86
2
8
18
32
18
8
Sumber : ( Etty Sofyatiningrum, dkk, 2007 : 63 )
Kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan kongfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan istilah aturan oktet. Berdasarkan perubahan kongfigurasi elektron yang terjadi pada pembentukan ikatan, maka ikatan kimia dibedakan menjadi 4 yaitu : ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam.

2.6.2        Pembentukan ion
Ion merupakan partikel yang bermuatan listrik positif dan negatif. Ion positif (kation) dapat terjadi karena suatu atom melepaskan elektronnya, sedangkan ion negatif terjadi karena jumlah elektron lebih sedikit dari pada jumlah proton didalam inti, sedangkan muatan negatif terjadi karena jumlah elektron lebih banyak dari pada jumlah protonnya. (Anshory. 1996 : 33 )
Dalam membentuk ion, suatu atom akan melepas atau mengikat elektron. Ato-atom yang mempunyai energi ionisasi rendah, misalnya atom-atom dari unsur golongan IA dan IIA dalam sistem periodik unsur akan mempunyai kecenderungan melepaskan elektronnya, sedangkan atom-atom yang mempunyai afinitas elektron yang besar, akan cenderung mengikat elektron.
Contoh :
a.       Atom 11Na : 2, 8, 1 (kongfigurasi elektron tidak stabil) untuk mencapai kestabilan, atom Na melepas sebuah elektronnya sehingga kongfigurasi elektronnya sama dengan atom Ne (kongfigurasi elektronnya 10Ne : 2, 8 )

11Na                      Na+ + e-
(2, 8, 1)                 (2, 8)

Proses pembentukan ion positif (ionisasi) tersebut mudah terjadi, karena atom Na mempunyai ionisasi yang rendah
b.      Atom 17Cl : 2, 8, 7 (kongfigurasi elektron tidak stabil) agar kongfigurasi elektronnya stabil, cara yang memungkinkan adalah menjadikan kongfigurasi elektron seperti 18Ar : 2, 8, 8 dengan mengikatkan sebuah elektron menjadi ion Cl-.
Cl + e-                          Cl-
(2, 8, 7)                        (2, 8, 8)
Proses penangkapan elektron tersebut mudah terjadi, karena afinitas elektron atom klorin besar.

2.6.3        Menggunakan Pasangan Elektron Bersama
Atom-atom yang mempunyai energi ionisasi tinggi akan sukar melepaskan elektronnya. Sehingga dalam mencapai kestabilan sukar membentuk ion positif. Demikian pula atom-atom yang mempunyai afinitas elektron yang rendah, dalam mencapai kestabilan tidak membentuk ion negatif.
Atom-atom yang sukar melepas elektron atau mempunyai energi ionisasi yang tinggi dan atom yang sukar menarik elektron atau mempunyai afinitas elektron yang rendah mempunyai kecenderungan untuk membentuk pasangan elektron yang dipakai bersama. Pasangan elektron yang dibentuk oleh atom-atom yang berikatan dapat berasal dari kedua atom yang bergabungan atau dapat pula berasal dari salah satu atom yang bergabung.

2.6.4        Peranan Elektron Dalam Ikatan Kimia
Pembentukan ikatan-ikatan dari atom-atomnya terjadi melalui suatu ikatan kimia. Ikatan yang terjadi bergantung dari elektron valensi (elektron pada kulit paling luar) dari unsur-unsurnya.
            Untuk atom dengan elektron valensi bernilai kecil, yaitu 1, 2 dan 3 mempunyai kecenderungan melepaskan elektron untuk membentuk kongfigurasi elektron seperti pada gas mulia.
            Untuk unsur hydrogen yang mempunyai elektron valensi 1 aka lebih cenderung menerima elektron karena membentuk kongfigurasi elektron seperti helium ( 2 elektron ), sedangkan elektron valensi 4 mempunyai kecenderungan menerima atau melepaskan elektron.
            Dari penjelasan elektron di atas, dapat disimpulkan bahwa atom yang berikatan dengan cara menerima dan melepaskan elektron disebut atom yang berikatan secara ion.

2.7         Ikatan Ion
2.7.1        Pengertian Dan Proses Terbentuknya Ikatan Ion
Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk antara atom yang mudah melepaskan elektron dengan atom yang mudah menerima elektron. Ion terdiri dari 2 jenis, yaitu ion positif dan ion negatif.
Menurut Oxtoby (1998 : 55 ) Ikatan ion terbentuk karena adanya gaya tarik menarik elektrostatis antar ion positif dengan ion negatif. Ikatan ion pada umumnya terjadi antara atom-atom yang mempunyai energi ionisasi rendah dengan atom-atom yang mempunyai afinitas elektron yang besar. Unsur-unsur logam umumnya mempunyai energi ionisasi yang rendah, sedangkan unsur-unsur non logam mempunyai afinitas elektron yang tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa antar unsur-unsur logam dengan unsur-unsur non logam umumnya akan membentuk ikatan ion.
Contoh :
Senyawa CaCl2
20Ca : 2, 8, 8, 2
17Cl : 2, 8, 7
Atom Ca akan melepaskan dua elektronnya menjadi

Ca                          Ca2+ + 2 e-
( 2, 8, 8, 2 )            ( 2, 8, 8 )
Dua atom Cl masing-masing akan mengikat sebuah elektron yang dilepas atom kalium tersebut menjadi
Cl + e-                           Cl-
( 2, 8, 7 )                       ( 2, 8, 8 )
Sebuah atom Ca2+ akan mengikat dua atom Cl- untuk membentuk senyawa netral CaCl2
Ca2+ + 2Cl-                             CaCl2
            Senyawa ion umumnya akan membentuk Kristal. Jumlah ion positif dan negatif dalam setiap unit Kristal tidak dapat ditentukan secara tepat Karena semakin besar ukuran Kristal semakin banyak ion-ion penyusunnya. Meskipun demikian, perbandingan jumlah ion-ion positif dan ion-ion negatif selalu tetap.
            Secara umum sifat fisis senyawa ion dipengaruhi oleh struktur Kristal ion tersebut. Beberapa sifat khas senyawa ion, antara lain.
a.       Umumnya senyawa ion dapat larut dalam air.
b.      Dalam keadaan cair atau terlarut dalam air, senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik.
c.       Ikatan yang cukup kuat dari ion negatif dan ion positif dengan gaya elektrostatis mengakibatkan titik lebur dan titik didihnya relative tinggi.
d.      Kristal senyawa ion merupakan zat padat yang keras tapi rapuh (mudah pecah) jika dipukul, sebab adanya benturan mengakibatkan terjadinya pergeseran letak (posisi) ion negatif dan ion positif. Ion positif akan berhadapan dengan ion positif, demikian pula ion negatif akan berhadapan dengan ion negatif, akibatnya terjadi gaya tolak menolak yang menyebabkan terpecahnya Kristal. (Sudarmo, 2006 : 42 ).

2.8         Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pesangan elektron secara bersama oleh 2 atom yang berikatan. (Micheal Purba. 2006 : 85 ) mengemukakan bahwa :” ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah satu atom yang akan berikatan untuk melepaskan elektron (terjadi pada atom-atom non logam). Ikatan kovalen terbentuk dari atom-atom unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi serta beda keelektronegatifannya lebih kecil dibandingkan ikatan ion”.
Ikatan kovalen terbentuk akibat kecenderungan atom-atom untuk menggunakan elektron bersama agar memiliki konfigurasi elektron seperti gas mulia. Atom-atom yang berikatan secara kovalen umumnya dalah atom-atom logam. Contohnya ikatan kovalen yang terbentuk antara dua atom non logam Cl pada gas klorin Cl2.
Atom Cl (Z=17) memiliki konfigurasi elektron (2, 8, 7). Gas mulia yang memiliki kofigurasi elektron terdekat adalah Ar (2, 8, 8). Sewaktu atom Cl bergabung dengan atom Cl lainnya, transfer elektron tidak mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan kemampuan kedua inti atom Cl untuk menarik elektron adalah sama. Meski demikian, masing-masing atom Cl dapat menggunakan 1 elektron valensinya membentuk sepasang elektron yang dapat digunakan bersama, sehingga kedua atom Cl dapat memenuhi aturan oktet.
Pasangan elektron tersebut dapat ditarik oleh kedua inti atom Cl karena perbedaan muatan. Muatan inti yang sejenis menyebabkan kedua inti akan saling tolak menolak. Akibat gaya tarik menarik dan tolak menolak menyebabkan pasangan elektron tersebut mengambil posisi ditengah kedua inti. Akibatnya, kedua atom Cl akan berikatan membentuk Cl2. Ikatan  Kimia yang terbentuk sebagai akibat penggunaan bersama pasangan elektron oeleh dua atom disebut ikatan kovalen. Ikatan kovalen terbagi menjadi 3 yaitu :
2.8.1        Ikatan Kovalen Tunggal
Ikatan kovalen tunggal yaitu, ikatan yang terjadi antara atom H dengan atom H membentuk molekul H2 konfigurasi elektronnya adalah : 1H = 1s1 ke-2 atom H yang berikatan memerlukan 1 elektron tambahan agar diperoleh konfigurasi elektron yang stabil (sesuai dengan konfigurasi elektron He). Untuk itu, ke-2 atom H saling meminjamkan 1 elektronnya sehingga terdapat sepasang elektron yang dipakai bersama.
2.8.2        Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Ikatan ini melibatkan pemakaian bersama dua pasang elektron oleh dua atom yang berikatan. Misalnya pada ikatan yang terjadi antara atom O dengan O membentuk molekul O2, konfigurasi elektronnya : 8O = 1s2 2s6 atom O memiliki 6 elektron valensi, maka agar diperoleh kongfigurasi elektron yang stabil tiap-tiap atom O memerlukan tambahan elektron sebanyak 2, ke-2 atom O saling meminjamkan 2 elektronnya, sehingga ke-2 atom tersebut akan menggunakan 2 pasang elektron secara bersama.
2.8.3        Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Ikatan kovalen rangkap tiga melibatkan pemakaian bersama tiga pasang elektron oleh tiga atom yang berikatan. Ikatan yang terjadi antara atom N dengan N membentuk molekul N2, konfigurasi elektronnya : 7N = 1s2 2s5. Atom N memiliki 5 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi elektron yang stabil tiap-tiap atom N memerlukan tambahan elektron sebanyak 3, ke-2 atom N saling meminjamkan 3 elektronnya, sehingga ke-2 atom N tersebut akan menggunakan 3 pasang elektron secara bersama.

2.9    Ikatan Kovalen Koordinat
Ikatan kovalen koordinat adalah ikatan yang terbentuk dengan cara pengguanaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan pasangan elektron bebas (PEB), sedangkan atom yang lain hanya menerima pasangan elektron yang digunakan bersama. Pasangan elektron ikatan (PEI) yang menyatakan ikatan dativ digambarkan dengan tanda anak panah kecil yang arahnya dari atom donor menuju akseptor pasangan elektron.

2.10     Ikatan Logam
Ikatan logam merupakan ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama elektron-elektron valensi antar atom-atom logam. Ikatan Kimia antar atom-atom penyusun logam bukanlah ikatan ion ataupun ikatan kovalen. Ikatan ion tidak memungkinkan karena semua atom logam cenderung ingin melepas elektron dan membentuk ion positif. Demikian juga ikatan kovalen. Atom logam mempunyai jumlah elektron valensi yang terlalu sedikit sehingga membentuk ikatan kovalen. Terdapat suatu jenis ikatan yang dapat mengikat atom-atom logam, yakni ikatan logam.
Adanya elektron valensi yang dapat bergerak bebas dari satu ion positif atom ke ion positif atom lain menjadikan logam sebagai penghantar listrik dan kalor yang baik. Larutan elektron pada Kristal logam memegang erat ion-ion positif pada logam, sehingga bila dipukul atau ditempa logam tidak akan pecah, tetapi akan menggeser. Hal itulah yang menyebabkan sifat logam yang ulet, dapat ditempa, maupun diulur menjadi kawat (Sudarmo, 2006 :53)

BAB III
METODELOGI PENELITIAN


3.1    Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar kelas X semester genap tahun ajaran 2013/2014.

3.2    Subjek Penelitian
Subjek adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti dalam suatu penelitian. Dalam  penelitian ini yang menjadi subjek adalah seluruh siswa SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar tahun ajaran 2013/2014. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X mengingat keterbatasan waktu dan dana, pengambilan seluruh subjek bila sebenarnya kondisi sampel yang dipilih sudah mewakili keadaan subjek.

3.3     Instrumen Penelitian
Penelitian yang penulis laksanakan bersifat deskriptif kuantitatis, maka untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut :
1.        Observasi
Penulis mengadakan pengamatan langsung kelokasi penelitian yaitu SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui

 
Apakah dapat melakukan penelitian dan apakah Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) sudah diterapkan atau belum disekolah tersebut. Penulis juga mengadakan pendekatan pada guru bidang studi, guna mengetahui masalah materi yang diajarkan.
2.      Tes
Tes merupakan sejumlah soal yang diberikan kepada siswa yang terpilih sebagai sampel. Tes ini diberikan kepada siswa dalam dua tahap yaitu :
a.       Tes awal (pre-test)
Tes ini diberikan kepada siswa sebelum dimulai proses mengajar. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum proses belajar mengajar dimulai.
b.      Tes akhir (post-test)
Tes ini diberikan kepada siswa setelah berlangsungnya proses belajar mengajar. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemamapuan / pengetahuan siswa setelah diterapkan Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) pada materi Ikatan Kimia.
3.      Angket
Angket pada penelitian ini berisikan tentang respon siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) yang telah diterapkan, dimana angket tersebut berisi 13 pertanyaan dan disediakan pertanyaan dalam alternatif jawaban “ya” atau “tidak” juga disertai alasan siswa mengapa memilih salah satu alternatif  jawaban yang telah ditentukan. Angket ini akan diberikan pada pertemuan terakhir sebelum jam pelajaran berakhir.

3.4    Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis untuk mengetahui perkembangan yang dialami siswa  dari setiap pertemuan, baik dari segi keaktifan siswa maupun hasil belajar siswa.

1.    Aktivitas siswa
Aktivitas siswa diperoleh dari lembaran pengamatan, dianalisis dengan rumus seperti yang dikemukakan oleh Chotimah (2009:93).
                        Nilai =  x 100%

2.    Tes
Tes ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengn penerapan model seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:50).
                                    Ƥ =  x 100%
Dimana :
P = Angka persentase
F = Frekuensi siswa yang menjawab benar
N = Jumlah siswa seluruhnya
            Nilai diperoleh setelah analisa dan rumusan tersebut diatas telah tercapai jika memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk materi Ikatan Kimia yaitu sebesar 60, nilai ketuntasan ini disesuaikan dengan nilai KKM di SMK 1 Darul Kamal Aceh Besar.



DAFTAR PUSTAKA

Anshory, Irfan. 1994. Kimia SMU Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Aunurrahman, 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Budiningsih, Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Dimiyanti dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Oxtoby , David W. (1998), Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Edisi Keempat, Jil I,
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Alumni
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta
J. M. C. Johari dan Rachmawati. 2006. Kimia SMA dan MA Untuk Kelas X, Jakarta: Esis.

Martensi dan Edi, Mungi Wibowo. 1980. Identifikasi Kesulitan Belajar, Semarang: IKIP Semarang.

Michael, Purba. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Penerbit Erlangga

Nasution. S, 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Bina Marga Aksara.

Sardiman. AM. 2001.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.

Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudarmo, Unggul, (2006), Kimia Untuk SMA kelas X, Jakarta : Phibeta

Sumiati. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima

Walgito, Bima. 2004. Pengantar Psikiologi Umum, Yogjakarta : Andi

Zaini Hisyam, dkk. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif, Yogjakarta : CTSD

 

1 komentar: